Dusun Gedongan, Majir.
Tiga kata itu memiliki ruas memori
yang cukup luas buatku. Itu adalah sebuah dusun di Jawa Tengah, tidak terlalu ramai
apalagi populer seperti misalnya Dusun Kinahrejo tempat Mbah Marijan yang
terkenal itu.
Dusun Gedongan terletak di Desa Majir, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Menempati bagian pinggiran selatan desa, berbatasan langsung dengan persawahan desa. Diseberang sawah sudah merupakan Desa Sruwohrejo.
Secara umum tempat ini tidak punya perbedaan dengan tempat – tempat lain di daerah Jawa Tengah, tetapi karena masa kecil saya habis dengan bereksplorasi di sekitar dusun ini, makanya buat saya tempat ini sangat – sangat istimewa. Bagaimana tidak, Bapak dan Ibu saya pun juga berasal dari dusun yang sama meski kemudian kami pindah ke dusun lain tapi masih di desa yang sama. Entah bagaimana ceritanya sampai mereka akhirnya menikah, saya tidak banyak tahu, disamping juga mereka kurang terbiasa dengan keterbukaan. Hehe.
20 tahun lebih kutinggalkan sejak saya pertama kalinya resmi meninggalkan rumah orang tua tahun 2007 lalu, sampai sekarang pun kalau terlintas kenangan dusun itu tak terasa bulu kuduk spontan berdiri. Setiap detail jalan, rumah warga, pohon – pohon, binatang, warga dusun, dan lainnya tiba - tiba melintas. Persawahannya juga.
Sumber Gambar: republika.co.id |
Beberapa waktu lalu yang saya dengar, pohonnya sudah tumbang karena angin kencang.
Setiap musim rambutan, mangga, kami semua cucu dan anak – anak mbah tinggal petik. Mau kelapa muda? Tinggal panjat! Atau ambil galah panjang dengan dipasang sedikit kait kayu diujungnya. Beruntungnya…
Kalau bosan dirumah, tinggal ke sawah cari ikan. Bawa jaring (kampung kami menyebutnya Seser) dan ember. Padahal waktu kecil saya tidak begitu suka makan ikan, jadi akhirnya ikannya biasanya dimasak dirumah teman! Hehe.
Musim panen padi menandakan bahwa itu waktunya kami bermain layang – layang! Mulai pukul 11 sepulang sekolah sampai pukul 5 sore.. hehehe. Kalau lapar, layang – layang kami ikat di tanaman terdekat dan tinggal pulang dulu untuk makan. Saya sih kurang pandai membuat layang – layang, selalu beli, huft! Padahal, padahal, padahal-nya banyak…
Belum lagi bermain kelereng, gambar kartun, sepakbola, ngaji, petak umpet, dan lain hal.
Satu lagi, ada pohon buah lain yang jarang ditemui diberbagai tempat. Pohon Sawo Bludru, tapi jangan bayangkan dengan buah sawo kecik, tidak mirip sama sekali. Seperti namanya warnanya beludru, isinya mirip sawo kecik tapi tidak semanis itu. Kandungan airnya lebih banyak. Karena pohonnya jarang di dusun, buah itu agak sedikit mencolok. Anak – anak sering memetiknya sambil bermain, tapi sayangnya kadang tidak minta izin dulu. Maafkan kenakalan kami dulu ya mbah (pemilik pohon) L.
Kenangan ini terjadi berkisar antara tahun 1988 – 2000.